DAFTAR TULISAN

Senin, 26 Juli 2010

LAGU DAN MUSIK DALAM ISLAM

Selasa, 27 Juli 2010.13:13 WIB
Lagu dan Musik Suatu masalah yang menimpa mayoritas umat manusia termasuk umat Islam adalah masalah nyanyian dan musik. Terlepas dari hukum nyanyian dan musik tersebut, mayoritas umat manusia dan juga umat Islam menyukai sesuatu yang indah dan merdu didengar. Secara fitrah manusia menyenangi suara gemercik air yang turun ke bawah, kicau burung dan suara binatang-binatang di alam bebas, senandung suara yang merdu dan suara alam lainnya. Nyanyian dan musik merupakan bagian dari seni yang menimbulkan keindahan, terutama bagi pendengaran. Allah SWT. menghalalkan bagi manusia untuk menikmati keindahan alam, mendengar suara-suara yang merdu dan indah, karena memang itu semua itu diciptakan untuk manusia.

Disisi lain Allah SWT. telah mengharamkan sesuatu dan semuanya telah disebutkan dalam Al-Qur�an maupun hadits Rasulullah saw. Allah SWT. menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang buruk. Halal dan haram telah jelas. Rasulullah saw. bersabda:


"َّﻥﺇ َّﻥﺇَﻭ ٌﻦِّﻴَﺑ َﻝﻼَﺤﻟﺍ ﺎﻤُﻬَﻨْﻴَﺑَﻭ ،ٌﻦِّﻴَﺑ َﻡﺍَﺮَﺤﻟﺍ َّﻦُﻬُﻤَﻠْﻌَﻳ ﻻ ٌﺕﺎﻬِﺒَﺘْﺸُﻣ ِﻦَﻤَﻓ ،ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ َﻦِﻣ ٌﺮﻴِﺜَﻛ ﺃﺮﺒَﺘْﺳﺍ ِﺕﺎﻬُﺒُّﺸﻟﺍ ﻰَﻘَّﺗﺍ ْﻦَﻣَﻭ ،ِﻪِﺿْﺮِﻋَﻭ ِﻪِﻨﻳِﺪِﻟ ﻲﻓ َﻊَﻗَﻭ ِﺕﺎﻬُﺒُّﺸﻟﺍ ﻲﻓ َﻊَﻗَﻭ ،ِﻡﺍَﺮَﺤﻟﺍ

Artinya: "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Diantara keduanya ada yang syubhat, manusia tidak banyak mengetahui. Siapa yang menjaga dari syubhat, maka selamatlah agama dan kehormatannya. Dan siapa yang jatuh pada syubhat, maka jatuh pada yang haram" (HR Bukhari dan Muslim).

Sehingga jelaslah semua urusan bagi umat Islam. Allah SWT. tidak membiarkan umat manusia hidup dalam kebingungan, semuanya telah diatur dalam Syariah Islam yang sangat jelas sebagaimana jelasnya matahari di siang hari. Oleh karena itu semua manusia harus komitmen pada Syari'ah Islam yang merupakan pedoman hidup mereka.

Bagaimana Islam berbicara tentang nyanyian dan musik ? Istilah yang biasa dipakai dalam madzhab Hanafi pada masalah nyanyian dan musik sudah masuk dalam ruang lingkup maa ta'ummu bihi balwa (sesuatu yang menimpa orang banyak). Sehingga pembahasan tentang dua masalah ini harus tuntas. Dan dalam memutuskan hukum pada dua masalah tersebut, apakah halal atau haram, harus benar-benar berlandaskan dalil yang shahih (benar) dan sharih (jelas). Dan tajarud, yakni hanya tunduk dan mengikuti sumber landasan Islam saja yaitu Al- Qur'an, Sunnah yang shahih dan Ijma. Tidak terpengaruh oleh watak atau kecenderungan perorangan dan adat-istiadat atau budaya suatu masyarakat.


Sebelum membahas pendapat para ulama tentang dua masalah tersebut dan pembahasan dalilnya. Kita perlu mendudukkan dua masalah tersebut. Nyanyian dan musik dalam Fiqh Islam termasuk pada kategori muamalah atau urusan dunia dan bukan ibadah. Sehingga terikat dengan kaidah:

ﻞﺻﻷﺍ ﺔﺣﺎﺑﻹﺍ ﻲﻓ ءﺎﻴﺷﻷﺍ

Hukum dasar pada sesuatu (muamalah) adalah halal (mubah). Hal ini sesuai firman Allah SWT. :

َﻮُﻫ ﻲِﻓ ﺎَﻣ ْﻢُﻜَﻟ َﻖَﻠَﺧ ﻱِﺬَّﻟﺍ ﺎًﻌﻴِﻤَﺟ ِﺽْﺭَﺄْﻟﺍ

Artinya:"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu" (QS Al-Baqarah29 ).

Sehingga untuk memutuskan hukum haram pada masalah muamalah termasuk nyanyian dan musik harus didukung oleh landasan dalil yang shahih dan sharih. Rasulullah saw. bersabda:


"َّﻥﺇ َﺽَﺮَﻓ َّﻞَﺟَﻭ َّﺰَﻋ َﻪَّﻠﻟﺍ ،ﺎﻫﻮُﻌِّﻴَﻀُﺗ ﻼَﻓ َﺾِﺋﺍَﺮَﻓ ﻼَﻓ ًﺍﺩﻭُﺪُﺣ َّﺪَﺣَﻭ َءﺎﻴْﺷﺃ َﻡَّﺮَﺣَﻭ ،ﺎﻫﻭُﺪَﺘْﻌَﺗ َﺖَﻜَﺳَﻭ ،ﺎﻫﻮُﻜِﻬَﺘْﻨَﺗ ﻼَﻓ ْﻢُﻜَﻟ ًﺔَﻤْﺣَﺭ َءﺎﻴْﺷﺃ ْﻦَﻋ ﺍﻮُﺜَﺤْﺒَﺗ ﻼَﻓ ٍﻥﺎﻴْﺴِﻧ َﺮْﻴَﻏ ﺎﻬْﻨَﻋ "

Artinya:"Sesungguhnya Allah Aza wa Jalla telah menetapkan kewajiban, janganlah engkau lalaikan, menetapkan hudud, jangan engkau langgar, mengharamkan sesuatu jangan engkau lakukan. Dan diam atas sesuatu, sebagai rahmat untukmu dan tidak karena lupa, maka jangan engkau cari-cari (hukumnya)" (HR Ad-Daruqutni).


ُﻝَﻼَﺤْﻟﺍ ِﻪِﺑﺎَﺘِﻛ ﻲﻓ ﻪﻠﻟﺍ ّﻞَﺣﺃ ﺎﻣ . ﻲﻓ ﻪﻠﻟﺍ َﻡّﺮَﺣ ﺎﻣ ُﻡﺍَﺮَﺤْﻟﺍﻭ ُﻪْﻨَﻋ َﺖَﻜَﺳ ﺎَﻣَﻭ ،ِﻪِﺑﺎَﺘِﻛ ُﻪﻨﻋ ﻰﻔﻋ ﺎّﻤِﻣ َﻮُﻬَﻓ

Artinya: "Halal adalah sesuatu yang Allah halalkan dalam kitab-Nya. Dan haram adalah sesuatu yang Allah haramkan dalam kitab-Nya. Sedangkan yang Allah diamkan maka itu adalah sesuatu yang dima'afkan" (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim )

Pada hukum nyanyian dan musik ada yang disepakati dan ada yang diperselisihkan. Ulama sepakat mengharamkan nyanyian yang berisi syair-syair kotor, jorok dan cabul. Sebagaimana perkataan lain, secara umum yang kotor dan jorok diharamkan dalam Islam. Ulama juga sepakat membolehkan nyanyian yang baik, menggugah semangat kerja dan tidak kotor, jorok dan mengundang syahwat, tidak dinyanyikan oleh wanita asing dan tanpa alat musik. Adapaun selain itu para ulama berbeda pendapat, sbb:

Jumhur ulama menghalalkan mendengar nyanyian, tetapi berubah menjadi haram dalam kondisi berikut:

1. Jika disertai kemungkaran, seperti sambil minum khomr, berjudi dll.

2. Jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah seperti menyebabkan timbul cinta birahi pada wanita atau sebaliknya.

3. Jika menyebabkan lalai dan meninggalkan kewajiban, seperti meninggalkan shalat atau menunda-nundanya dll.



Madzhab Maliki, asy-Syafi'i dan sebagian Hambali berpendapat bahwa mendengar nyanyian adalah makruh. Jika mendengarnya dari wanita asing maka semakin makruh. Menurut Maliki bahwa mendengar nyanyian merusak muru�ah. Adapun menurut asy-Syafi'i karena mengandung lahwu. Dan Ahmad mengomentari dengan ungkapannya:" Saya tidak menyukai nyanyian karena melahirkan kemunafikan dalam hati".

Adapun ulama yang menghalalkan nyanyian, diantaranya: Abdullah bin Ja'far, Abdullah bin Zubair, Al-Mughirah bin Syu'bah, Usamah bin Zaid, Umran bin Hushain, Muawiyah bin Abi Sufyan, Atha bin Abi Ribah, Abu Bakar Al-Khallal, Abu Bakar Abdul Aziz, Al-Gazali dll. Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa para ulama menghalalkan bagi umat Islam mendengarkan nyanyian yang baik-baik jika terbebas dari segala macam yang diharamkan sebagaimana disebutkan diatas.

Sedangkan hukum yang terkait dengan menggunakan alat musik dan mendengarkannya, para ulama juga berbeda pendapat. Jumhur ulama mengharamkan alat musik. Sesuai dengan beberapa hadits diantaranya, sbb:

1- ﺮﺤﻟﺍ ﻥﻮﻠﺤﺘﺴﻳ ﻡﺍﻮﻗﺃ ﻲﺘﻣﺃ ﻦﻣ ﻦﻧﻮﻜﻴﻟ ﻑﺯﺎﻌﻤﻟﺍﻭﺮﻤﺨﻟﺍﻭ ﺮﻳﺮﺤﻟﺍﻭ

Artinya:"Sungguh akan ada di antara umatku, kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat-alat yang melalaikan". (HR Bukhari)


2 - ﻊﻓﺎﻧ ﻦﻋ "ﺕﻮﺻ ﻊﻤﺳ ﺮﻤﻋ ﻦﺑﺍ ﻥﺃ ﻪﻴﻧﺫﺃ ﻲﻓ ﻪﻴﻌﺒﺻﺍ ﻊﺿﻮﻓ ﻉﺍﺭ ﺓﺭﺎﻣﺯ ﺎﻳ ﻝﻮﻘﻳ ﻮﻫﻭ ﻖﻳﺮﻄﻟﺍ ﻦﻋ ﻪﺘﻠﺣﺍﺭ ﻝﺪﻋﻭ ﻰﺘﺣ ﻲﻀﻤﻴﻓ ﻢﻌﻧ ﻪﻟﻮﻗﺄﻓ ﻊﻤﺴﺗﺃ ﻊﻓﺎﻧ ﻰﻟﺇ ﻪﺘﻠﺣﺍﺭ ﻝﺪﻋﻭ ﻩﺪﻳ ﻊﻓﺮﻓ ﻻ ﺖﻠﻗ ﻰﻠﺻ ﻪّﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﺖﻳﺃﺭ ﻝﺎﻗﻭ ﻖﻳﺮﻄﻟﺍ ﻉﺍﺭ ﺓﺭﺎﻣﺯ ﻊﻤﺳ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻟﺁﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪّﻠﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻞﺜﻣ ﻊﻨﺼﻓ ". ‏

Artinya:" Dari Nafi bahwa Ibnu Umar mendengar suara seruling gembala, maka ia menutupi telingannya dengan dua jarinya dan mengalihkan kendaraannya dari jalan tersebut. Ia berkata:"Wahai Nafi' apakah engkau dengar?�. Saya menjawab:"Ya". Kemudian melanjutkan berjalanannya sampai saya berkata :"Tidak". Kemudian Ibnu Umar mengangkat tangannya, dan mengalihkan kendaraannya ke jalan lain dan berkata: Saya melihat Rasulullah saw. mendengar seruling gembala kemudian melakukan seperti ini" (HR Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah).



3 - ﻦﻴﺼﺣ ﻦﺑ ﻥﺃ ﺮﻤﻋ ﻦﻋ "ﻝﻮﺳﺭ ﻥﺃ ﻝﺎﻗ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻟﺁﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪّﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪّﻠﻟﺍ ﻝﺎﻘﻓ ﻑﺬﻗﻭ ﺦﺴﻣﻭ ﻒﺴﺧ ﺔﻣﻷﺍ ﻩﺬﻫ ﻲﻓ ﻰﺘﻣﻭ ﻪّﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﺎﻳ ﻦﻴﻤﻠﺴﻤﻟﺍ ﻦﻣ ﻞﺟﺭ ﻑﺯﺎﻌﻤﻟﺍﻭ ﻥﺎﻴﻘﻟﺍ ﺕﺮﻬﻇ ﺍﺫﺇ ﻝﺎﻗ ﻚﻟﺫ ﺭﻮﻤﺨﻟﺍ ﺖﺑﺮﺷﻭ ".

Artinya: Dari Umar bin Hushain, bahwa Rasulullah saw. berkata tentang umat ini:" Gerhana, gempa dan fitnah. Berkata seseorang dari kaum muslimin:"Wahai Rasulullah kapan itu terjadi?� Rasul menjawab:" Jika biduanita, musik dan minuman keras dominan" (HR At-Tirmidzi).

Para ulama membicarakan dan memperselisihkan hadits-hadits tentang haramnya nyanyian dan musik. Hadits pertama diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya, dari Abi Malik Al Asy'ari ra. Hadits ini walaupun terdapat dalam hadits shahih Bukhori, tetapi para ulama memperselisihkannya. Banyak diantara mereka yang mengatakan bahwa hadits ini adalah mualaq (sanadnya terputus), diantaranya dikatakan oleh Ibnu Hazm. Disamping itu diantara para ulama menyatakan bahwa matan dan sanad hadits ini tidak selamat dari kegoncangan (idtirab). Katakanlah, bahwa hadits ini shohih, karena terdapat dalam hadits shohih Bukhori, tetapi nash dalam hadits ini masih bersifat umum, tidak menunjuk alat-alat tertentu dengan namanya. Batasan yang ada adalah bila ia melalaikan.

Hadits kedua dikatakan oleh Abu Dawud sebagai hadits mungkar. Kalaupun hadits ini shohih, maka Rasulullah saw. tidak jelas mengharamkannya. Bahkan Rasulullah saw mendengarkannya sebagaimana juga yang dilakukan oleh Ibnu Umar. Sedangkan hadits ketiga adalah hadits ghorib. Dan hadits-hadits lain yang terkait dengan hukum musik, jika diteliti ternyata tidak ada yang shohih.

Adapun ulama yang menghalalkan musik sebagaimana diantaranya diungkapkan oleh Imam Asy-Syaukani dalam kitabnya, Nailul Authar adalah sbb: Ulama Madinah dan lainnya, seperti ulama Dzahiri dan jama'ah ahlu Sufi memberikan kemudahan pada nyanyian walaupun dengan gitar dan biola. Juga diriwayatkan oleh Abu Manshur Al-Bagdadi As-Syafi'i dalam kitabnya bahwa Abdullah bin Ja'far menganggap bahwa nyanyi tidak apa-apa, bahkan membolehkan budak-budak wanita untuk menyanyi dan beliau sendiri mendengarkan alunan suaranya. Dan hal itu terjadi di masa khilafah Amirul Mukminin Ali ra. Begitu juga Abu Manshur meriwayatkan hal serupa pada Qodhi Syuraikh, Said bin Al Musayyib, Atho bin abi Ribah, Az-Zuhri dan Asy-Sya'bi.

Imam Al-Haramain dalam kitabnya, An-Nihayah dan Ibnu Abi Ad-Dunya yang menukil dari Al-Itsbaat Al-Muarikhiin; bahwa Abdullah bin Zubair memiliki budak-budak wanita dan gitar. Dan Ibnu Umar pernah kerumahnya ternyata disampingnya ada gitar , Ibnu Umar berkata:" Apa ini wahai sahabat Rasulullah saw. kemudian Ibnu Zubair mengambilkan untuknya, Ibnu Umar merenungi kemudian berkata:" Ini mizan Syami( alat musik) dari Syam". Berkata Ibnu Zubair:" Dengan ini akal seseorang bisa seimbang". Dan diriwayatkan dari Ar-Rowayani dari Al-Qofaal bahwa madzhab Malik bin Anas membolehkan nyanyian dengan alat musik.

Demikianlah pendapat ulama tentang mendengarkan alat musik. Dan jika diteliti dengan cermat, maka ulama muta�akhirin yang mengharamkan alat musik karena mereka mengambil sikap waro�(hati-hati). Mereka melihat kerusakan yang timbul dimasanya. Sedangkan ulama salaf dari kalangan sahabat dan tabi�in menghalalkan alat musik karena mereka melihat memang tidak ada dalil baik dari Al-Qur�an maupun hadits yang jelas mengharamkannya. Sehingga dikembalikan pada hukum asalnya yaitu mubah.

Oleh karena itu bagi umat Islam yang mendengarkan nyanyian dan musik harus memperhatikan faktor-faktor berikut:

Pertama: Lirik Lagu yang Dilantunkan.

Hukum yang berkaitan dengan lirik ini adalah seperti hukum yang diberikan pada setiap ucapan dan ungkapan lainnya. Artinya, bila muatannya baik menurut syara', maka hukumnya dibolehkan. Dan bila muatanya buruk menurut syara', maka dilarang.


Kedua: Alat Musik yang Digunakan.

Sebagaimana telah diungkapkan di muka bahwa, hukum dasar yang berlaku dalam Islam adalah bahwa segala sesuatu pada dasarnya dibolehkan kecuali ada larangan yang jelas. Dengan ketentuan ini, maka alat-alat musik yang digunakan untuk mengiringi lirik nyanyian yang baik pada dasarnya dibolehkan. Sedangkan alat musik yang disepakati bolehnya oleh jumhur ulama adalah ad-dhuf (alat musik yang dipukul). Adapun alat musik yang diharamkan untuk mendengarkannya, para ulama berbeda pendapat satu sama lain. Satu hal yang disepakati ialah semua alat itu diharamkan jika melalaikan.

Ketiga: Cara Penampilan.

Harus dijaga cara penampilannya tetap terjaga dari hal-hal yang dilarang syara' seperti pengeksposan cinta birahi, seks, pornografi dan ikhtilath.

Keempat: Akibat yang Ditimbulkan.

Walaupun sesuatu itu mubah, namun bila diduga kuat mengakibatkan hal-hal yang diharamkan seperti melalaikan shalat, munculnya ulah penonton yang tidak Islami sebagi respon langsung dan sejenisnya, maka sesuatu tersebut menjadi terlarang pula. Sesuai dengan kaidah Saddu Adz dzaroi' (menutup pintu kemaksiatan) .

Kelima: Aspek Tasyabuh.

Perangkat khusus, cara penyajian dan model khusus yang telah menjadi ciri kelompok pemusik tertentu yang jelas-jelas menyimpang dari garis Islam, harus dihindari agar tidak terperangkap dalam tasyabbuh dengan suatu kaum yang tidak dibenarkan. Rasulullah saw. bersabda:
ْﻦَﻣ َﻮُﻬَﻓ ٍﻡْﻮَﻘِﺑ َﻪّﺒَﺸَﺗ ْﻢُﻬْﻨِﻣ

Artinya:"Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk mereka" (HR Ahmad dan Abu Dawud)

Keenam: Orang yang menyanyikan.

Haram bagi kaum muslimin yang sengaja mendengarkan nyanyian dari wanita yang bukan muhrimnya. Sebagaimana firman Allah SWT.:

َءﺎَﺴِﻧﺎَﻳ ٍﺪَﺣَﺄَﻛ َّﻦُﺘْﺴَﻟ ِّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ِﻥِﺇ ِءﺎَﺴِّﻨﻟﺍ َﻦِﻣ َﻦْﻌَﻀْﺨَﺗ ﺎَﻠَﻓ َّﻦُﺘْﻴَﻘَّﺗﺍ ﻱِﺬَّﻟﺍ َﻊَﻤْﻄَﻴَﻓ ِﻝْﻮَﻘْﻟﺎِﺑ َﻦْﻠُﻗَﻭ ٌﺽَﺮَﻣ ِﻪِﺒْﻠَﻗ ﻲِﻓ ﺎًﻓﻭُﺮْﻌَﻣ ﺎًﻟْﻮَﻗ (32)

Artinya:"Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik"(QS Al-Ahzaab32 )

Demikian kesimpulan tentang hukum nyanyian dan musik dalam Islam semoga bermanfaat bagi kaum muslimin dan menjadi panduan dalam kehidupan mereka. Amiin.

UNTUKMU KADER DAKWAH

Selasa, 27 Juli 2010
Di lapangan dalam dua decade terakhir ini mulai nampak kesadaran untuk memahami dakwah secara luas daripada sekedar pernyataan secara lisan di mibar-mimbar. Ia adalah pencerahan, pembebasan, pemberdayaan, penataan dan pelaksanaan. Indonesia telah menjadi lahan subur bagi pesan-pesan dakwah tersebut, bukan karena ia pesan impor melainkan karena sikap moderatnya dan wasathiyahnya sejalan dengan karakter dan watak bangsa ini.
1. Al-Fahmu
anda yakin bahwa fikrah (pandangan) kami adalah fikrah islamiyah yang solid dan tangguh, serta anda memahami Islam seperti apa yang kami pahami dalam kerangkan 20 landasan (al ushuul al’isyruun). Dengan melihat kedudukan ilmu, nyatalah bahwa yang dimaksud dengan ilmu dan kemuliaannya itulah ilmu nafi’ (ilmu yang bermanfaat). Karena itulah maka seluruh kata ilmu (dalam Al-Quran dan Hadits) maksudnya ilmu nafi’, menurut Ibnu Athaillah. Selebihnya ia menjadi beban tanggungjawab dan penyesalan, karena berhenti pada jidal (debat) dan muhabah (kebanggaan) dan alat menarik keuntungan dunia. Ilmu selalu membuat empunya semakin rendah hati, sensitive dan sungguh-sungguh.
2. Al-Ikhlash
yang dimaksud al-ikhlas adalah seluruh ucapan, perbuatan dan perjuangan seorang aktivis Muslim selalu ditujukan dan dimaksudkan hanya kepada Allah ta’ala saja, serta memohon ridhoNya semata, juga kebaikan ganjaranNya. Tidak ingin mengharap imbalan apapun, baik berupa harta, tahta, martabat dan kedudukan, tanpa melihat maju mundurnya perkembangan dakwah.
Dengan demikian ia telah menjadi seorang jundi (prajurit) baik secara intelektual maupun aqidah, bukan seorang jundi yang mencari imbalan dan manfaat, seperti yang difirmankan oleh Allah SWT:
“sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam” (Q.S Al-An’am: 162).
Dengan demikian seorang aktivis muslim selalu memahami doktrin “Allah tujuan kami” dan “Allah Maha Besar dan bagiNya segala puja dan puji” (Hasan Al-Banna)
3. Al-‘Amal
yang diinginkan dari al-‘amal adalah buah dari ilmu dan ikhlas, seperti yang disebutkan dalam Quranul Karim: “dan katakanlah: “beramallah kalian, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat kalian itu dan kalian akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kalian apa yang telah kalian amalkan” (Q.S At-Taubah: 105)
adapun urut-urutan amal:
1.mengoreksi diri dan memperbaiki diri
2.membentuk dan membina keluarga muslim
3.memberi petunjuk dan membimbing masyarakat dengan dakwah
4.membebaskan tanah air dari penguasa asing
5.memperbaiki pemerintahan
6.mengembalikan kepemimpinan dunia kepada umat Islam
7.menjadi soko guru dunia dengan menyebarkan dakwah islamiyah ke seluruh penjuru dunia.
4. Al-Jihad
yang dimaksud al-jihad adalah suatu kewajiban yang masanya membentang (tak akan berhenti) sampai hari kiamat dan apa yang dikandung dari sabda Rasulullah SAW: “barang siapa yang mati, sedangkan ia tidak berjuang atau minimal punya niat untuk berjuang, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah”
adapun urutan paling bawah dari jihad adalah ingkar hati dan urutan tertinggi adalah mengangkat senjata di jalan Allah. Sedangkan ditengah-tengah itu adalah jihad lisan, pena, tangan, berkata benar di hadapan penguasa tirani.
Dakwah tidak akan hidup dan berkembang kecuali dengan jihad. Karena kedudukan dakwah yang begitu tinggi dan bentangannya yang begitu luas maka jihad merupakan jalan satu-satunya untuk bisa menghantarkannya. Juga betapa besar pengorbanan dalam mengokohkan posisi dakwah itu dan apa yang akan diperoleh para pengemban dakwah di sisi Allah SWT. firmanNya:
“dan berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad” (Q.S Al-Hajj: 78)
dengan demikian anda sebagai aktivis dakwah tahu akan hakikat doktrin “jihad adalah jalan kami” (Hasan Al-Banna)
5. At-Tadhdhiyah
yang dimaksud adalah pengorbanan baik jiwa, raga, harta, waktu serta segala sesuatu dalam rangka mencapai tujuan. Dan tidak ada kata jihad di dunia ini tanpa adanya rasa pengorbanan. Anda jangan merasa bahwa pengorbanan anda akan hilang begitu saja demi meniti jalan fikrah ini. Tapi itu tak lain adalah sebuah ganjaran yang melimpah dan pahala yang besar, barang siapa yang tak mau berkorban dengan kami maka berdosa. Karena Allah ta’ala telah menegaskan hal ini banyak sekali dalam Al-Quran. Dengan memahami ini maka anda akan memahami doktrin “mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi” (Hasan Al-Banna)
6. At-Tho’ah
yang dimaksud adalah melaksanakan sekaligus menjalankan perintah tanpa reserve, baik dalam kelapangan maupun kesempitan, dalam suka maupun duka (Hasan Al-Banna).
Mustahilkah jaman kini dari istijabah yang menyuburberkahkan para kader dan aktivis dakwah dari kucuran doa para masyaikh dan pemimpin atas pribadi-pribadi ataupun kelompok? Ataukah para pembangkang dan kaum arogan telah siap menerima limpahan yang akan menenggelamkan mereka karena kerontang ketaatan di hati mereka?
7. Ats-Tsabat
yang dimaksud adalah tetaplah anda sebagai aktivis dakwah yang selalu aktif berjuang di jalan yang ditujunya, walaupun masanya panjang bahkan sampai bertahun-tahun, sampai nanti bertemu Allah Rabbul ‘Alamin dalam kondisi seperti itu, dengan meraih salah satu dari dua kebaikan, berhasil mencapai tujuan atau meraih syahadah pada akhirnya.
Waktu bagi kami adalah bagian dari solusi, sebab jalan dakwah itu panjang dan jauh jangkauannya serta banyak rintangannya. Tapi semua itu adalah cara untuk mencapai tujuan dan ada nilai tambah berupa pahala dan balasan yang besar serta menarik. (Hasan Al-Banna)
8. At-Tajarrud
maknanya adalah agar anda membersihkan fikrah anda dari segala pengaruh dasar-dasar hidup dan sosok pribadi orang-orang selain fikrahmu, sebab ia paling tinggi dan paling komplit dari yang lainnya. Firman Allah SWT:
“celupan Allah, dan siapakah yang paling baik celupannya dari Allah” (Q.S Al-Baqarah: 138)
aku tidak peduli ketika dibunuh sebagai muslim
jasadku jatuh dimana
Bila Tuhan menghendaki dengan izinNya
Ia akan berkahi kepingan tubuh yang koyak (Abdullah bin Rawahah RA)
9. Al-Ukhuwah
artinya adalah agar seorang aktivis dakwah menggabungkan antara hati dan ruh dengan tali aqidah, sementara aqidah itu sendiri merupakan tali yang paling kuat dan paling mahal. Ukhuwah adalah saudara seiman, sementara perpecahan itu adalah saudara kekafiran. Kekuatan yang pertama adalah kuatnya persatuan dan kesatuan, bila tidak ada persatuan bila tak ada cinta kasih, sedangkan derajat cinta yang paling rendah adalah hati yang selamat dari buruk sangka kepada saudara muslim lainnya dan yang paling tinggi adalah itsar, yaitu mendahulukan kepentingan saudaranya daripada kepentingan pribadinya, “dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Q.S Al-Hasyr: 9). (Hasan Al-Banna).
10. Ats-Tsiqoh
kepercayaan dan ketenangan (kemantapan hati) seorang jundi kepada pimpinannya dalam hal kemampuan dan keikhlasannya, sebab kepercayaan yang dalam hal ini menciptakan rasa cinta, hormat dan taat. An-nisa: 65
pimpinan adalah bagian dari dakwah, tak ada dakwah bila tanpa kepemimpinan. Dari rasa saling percaya antara pemimpin dan para jundinya inilah kemudian lahir kekuatan struktur dakwah, pengaturan strateginya dalam mencapai tujuan serta kemampuan menanggulangi segala rintangan dan kesulitan yang menghadang jalan dakwah. Muhammah: 21.
“ulurkan tanganmu, aku akan membaiatmu” pinta Umar RA “justru aku akan membaiatmu” jawab Abu Bakar RA. “engkau lebih utama (afdhal) daripadaku” tukas Umar. “engkau lebih kuat daripadaku” jawab Abu Bakar.
“kekuatanku untukmu bergabung dengan keutamaanmu” Umar menutup dialog dan sebuah generasi baru dimulai.

Minggu, 11 Juli 2010

KISAH AINUL MARDHIAH

Ainul Mardhiah merupakan seorang bidadari yang paling cantik dikalangan bidadari-bidadari yang lain .Suatu pagi (dalam bulan puasa) ketika nabi memberi targhib (berita-berita semangat di kalangan sahabat untuk berjihad pada agama Allah) katanya siapa-siapa
yang keluar di jalan Allah tiba-tiba ia shahid, maka dia akan dianugerahkan seorang bidadari yang paling cantik dikalangan bidadari2 syurga. Mendengar berita itu seorang sahabat yang usianya sangat muda teringin sangat nak tahu bagaimana cantiknya bidadari tersebut.... tetapi dia malu nak bertanyakan kepada nabi kerana malu pada sahabat-sahabat yang lain.
Namun dia tetap beri nama sebagai salah sorang yang akan keluar/pergi.Sebelum Zohor sunnah nabi akan tidur sebentar (dipanggil khailulah, maka sahabat yang muda tadi juga turut bersama jemaah tadi... tidur bersama-sama....

Dalam tidur tersebut dia bermimpi berada di satu tempat yang sungguh indah, dia bertemu dengan seorang yang berpakaian yang bersih lagi cantik dan muka yang
berseri2 lalu ditanyanya dimanakah dia... lalu lelaki itu menjawab inilah syurga. Lalu dia menyatakan hasrat untuk berjumpa dengan 'Ainul Mardhiah... lalu ditunjuknya di suatu arah maka berjalan dia... di suatu pepohon beliau mendapati ada seorang wanita yang tak pernah dia lihat kecantikan begitu... tak pernah dilihat didunia ini... lalu diberi salam dan dia bertanya andakah ainul mardhiah... wanita itu menjawab ehh tidakk... saya khadamnya ainul mardhiah
ada di dalam singgahsana sana.

Lalu dia berjalan dan memasuki satu mahligai yang cukup indah dan mendapati ada seorang lagi wanita yang kecantikannya berganda-ganda dari yang pertama tadi sedang mengelap permata-mata perhiasan di dalam mahligai.... lalu diberi salam dan di tanya lagi adakah dia ainul mardiah lalu wanita itu menjawab...eh tidakkk saya hanya khadamnya di dalam mahligai ini...
ainul mardiah ada di atas mahligai sana,..... lalu dinaikinya anak-anak tangga mahligai permata itu kecantikkannya sungguh mengkagumkan... lalu dia sampai ke satu mahligai dan mendapati seorang wanita yang berganda-ganda cantik dari yang pertama dan berganda-ganda catiknya dari yang kedua.... dan tak pernah dia lihat di dunia.... lalu wanita itu berkata...
akulah ainul mardhiah, aku diciptakan untk kamu dan kamu diciptakan untk aku.... bila lelaki itu
mendekatinya wanita itu menjawab... nantiii kamu belum syahid lagiiii......tersentak itu pemuda itu pun terjaga dari tidurnya lalu dia menceritakan segala-galanya kepada satu sahabat lain, namun begitu dia memesan agar jangan menceritakan cerita ini kepada nabi SAW... tapi sekiranya dia shahid barulah ceritakan kepada nabi.

Petang itu pemuda itu bersama-sama dengan jemaah yang terdapat Nabi di dalamnya telah keluar berperang lalu ditakdirkan pemuda tadi telah shahid. Petang tersebut ketika semua jemaah telah pulang ke masjid, di waktu hendak berbuka puasa maka mereka telah menunggu
makanan untuk berbuka (tunggu makanan adalah satu sunnah nabi). Maka kawan sahabat yang shahid tadi telah bangun dan merapati nabi SAW dan menceritakan perihal sahabat nabi yang sahaid tadi... dalam menceritakan itu nabi menjawab benar...benar...benar... dalam sepanjang cerita tersebut.
Akhirnya nabi SAW berkata memang benar cerita sahabat kamu tadi dan sekarang ini dia sedang menunggu untuk berbuka puasa di syurga....
waallahua'alam..

Kamis, 10 Juni 2010

Sebuah Dialog Selepas Malam ...

Jama'ah dakwah ini adalah jam'ah manusia.
Didalamnya berkumpul semua potensi manusiawi.
Didalamnya berkumpul semua kebaikannya;
sekaligus juga keburukannya.

"Akhi, dulu ana merasa semangat saat aktif dalam dakwah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat tenyata ikhwah banyak pula yang aneh-aneh." Begitu keluh kesah seorang mad'u kepada murobbinya disuatu malam. Sang murobbi hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri mad'unya. "Lalu, apa yang ingin antum lakukan setelah merasakan semua itu?" sahut sang murobbi setelah sesaat termenung. "Ana ingin berhenti saja, keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan perilaku ikhwah yang justru tidak islami. Juga dengan organisasi dakwah ana geluti; kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, ana mendingan sendiri saja.." jawab mad'u itu.

Sang murobbi termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal.

"Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah amat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?", tanya sang murobbi dengan kiasan bermakna dalam. Sang mad'u terdiam berpikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat.

"Apakah antum memilih untuk terjun ke laut dan berenang sampai tujuan?", sang murobbi mencoba memberi opsi.

"Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasakan kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan lumba-lumba. Tapi itu hanya sesaat. Berapa kekuatan antum untuk berenang hingga tujuan? Bagaimana bila ikan hiu datang?

Darimana antum mendapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimana antum mengatasi hawa dingin?" serentetan pertanyaan dihamparkan dihadapan sang mad'u.

Tak ayal, sang mad'u menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang murobbi yang dihormatinya justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya. "Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah?" pertanyaan menohok ini menghujam jiwa sang mad'u. ia hanya mengangguk.

"Bagaimana bila ternyata mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu ternyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak dijalan, atau mencoba memperbaikinya?" tanya sang murobbi lagi.

Sang mad'u tetap terdiam dalam sesugukkan tangis perlahannya. Tiba-tiba ia mengangkat tangannya; "Cukup Akhi,Cukup. Ana sadar. Maafkan ana… Ana akan tetap istiqomah. Ana berdakwah bukan untuk mendapat medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan…."

"Biarlah yang lain dengan urusan pribadi masing-masing. Biarlah ana tetap berjalan dalam dakwah. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janjiNya. Biarlah segala kepedihan yang ana rasakan jadi pelebur dosa-dosa ana", sang mad'u berazzam di hadapan murobbi yang semakin dihormatinya.

Sang murobbi tersenyum. "Akhi, jama'ah ini adalah jama'ah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi dibalik kelemahan itu, masih banyak kebaikan yang mereka miliki. Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berdakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah." Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah Ta'ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka di mata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap dakwah selama ini. karena di mata Allah, belum tentu antum lebih baik dari mereka."

"Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu; maka kapankah dakwah ini dapat berjalan dengan baik?" sambungnya panjang lebar. "Kita bukan sekedar pengamat yang hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding sebuah kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafirpun bisa melakukannya. Tapi kita adalah da'i. Kita adalah khalifah. Kitalah yang diserahi amanat oleh Allah untuk membenahi masalah-masalah dimuka bumi. Bukan hanya mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah. "Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara yang tadinya kecil tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!"

Sang mad'u termenung merenungi setiap kalimat murobbinya. Azzamnya memang kembali menguat. Namun ada satu hal tetap bergelayut dihatinya. "Tapi bagaimana ana bisa memperbaiki organisasi dakwah dengan kapasitas ana yang lemah ini?" sebuah pertanyaan konstruktif akhirnya muncul juga.

"Siapa bilang kapasitas antum lemah? Apakah Allah mewahyukan begitu kepada antum? Semua manusia punya kapasitas yang berbeda. Namun tidak ada yang bisa menilai bahwa yang satu lebih baik dari yang lain!", sahut sang murobbi.

"Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah taushiah dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang kepada semua ikhwah yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang beriman. Bila ada sebuah isyu atau gosip, tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghil antum terhadap saudara antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak hina menemui kemuliaannya."

Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama, pembicaraan melebar dengan akrabnya. Tak terasa, kokok ayam jantan memecah suasana. Sang mad'u bergegas mengambil wudhu untuk Qiyammul lail malam itu. Sang murobbi sibuk membangunkan beberapa mad'unya yang lain dari asyik tidurnya. Malam itu, sang mad'u menyadari kesalahannya. Ia bertekad untuk tetap berputar bersama jama'ah dalam mengarungi jalan dakwah. Pencerahan diperolehnya. Demikian juga yang kami harapkan dari anda… Wallahu a'lam.

dikutip dari Al Izzah No. 07/Th.4/1-31 Agt 2004M

Kamis, 03 Juni 2010

Memperbaiki Eksistensi Iman Memandang Realitas Hidup

Menjalani rangkaian perjalanan hidup seringkali menyisakan beribu gelayut pertanyaan dalam diri kita.Apalagi jika kita dihadapan pada banyak pilihan-pilihan yang telah kita rencanakan dalam masa tertentu.Saat tiba limit rencana-rencana itu akan kita lalui seringkali kebinggungan dan kegelisahan menyelimuti pikiran kita. Rencana yang muaranya adalah pilihan hidup yang harus kita jalani ke depan tentunya kita berharap bahwa apa yang akan kita pilih mampu membawa kebahagiaan hidup, tidak hanya di dunia namun juga di akhirat. Sungguh menentukan pilihan hidup itu butuh perjuangan.Perjuangan yang harus dipertimbangkan secara matang sebagai bekal kita menjalani hidup ke depan. Kematanganan pilihan hidup itu menjadi cermin kedewasaan hidup. Usia boleh bertambah namun kedewasaan adalah sebuah pilihan.Detik ini mungkin juga kita sering dibinggungkan dengan apa yang harus dilakukan untuk detik berikutnya, apalagi dengan masa yang lebih panjang. Apakah itu jam, hari, minggu, bulan hingga tahun. Semua itu menyisakan banyak pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita, akan kemanakah kita selanjutnya melangkah??Apa yang terjadi dengan masa depanku berikutnya?. Hal inilah yang terkadang sering membawa kita lemah menjalani hidup ini. Walaupun mungkin sudah ada perencanaan-perencanaan jauh-jauh dari masa limit waktunya, namun sedikitnya perasaan gelisah itu seringkali menghampiri jiwa kita. Dimanakah Allah dalam hidup kita?Kita insyaallah orang-orang yang beriman tapi mengapa masih saja merasakan hal-hal seperti itu.Terkadang kita sering berkeluh kesah dengan segala nikmat-Nya, terkadang kita sering bersedih dengan sedikit kegagalab hidup, terkadang kita sering menyalahkan keberadaan kita di dunia dan terkadang kita sering tidak percaya bahwa ada Dzat yang Maha Mengatur kita. Lalu apa yang salah dalam diri kita? Masalahnya bukan pada sedih atau gembira,percaya atau tidak percaya namun masalahnya ada dalam diri kita. Ya ada dalam diri kita, seberapa sempurna kita memandang realita dengan iman kita.Sejauh apapun langkah hidup yang kita ambil maka kembalilah pada Allah, jadikan Allah sebagai tujuan semua muara pilihan hidup kita. Yakinkah diri bahwa Allah Maha Luas Rezeki-Nya, Dia yang berhak memberikannya kepada semua ciptaan-Nya. Dan yang terpenting dalam setiap detik kita adalah perbaiki eksistensi iman kita selama ini. Mudah-mudahan Allah istiqomahkan kita dalam petunjuk-Nya. Amin.Walahu'alam bishowab.

Senin, 08 Maret 2010

Sisi Lain dari Kehidupan 2

Motorkupun berhenti di salah satu persimpangan jalan itu. Saat itulah terdengar kumandang adzan magrib dari berbagai penjuru. Perasaanku semakin kacau ketika mendengarkan suara panggilan Allah untuk sholat karena saat itu posisiku masih lumayan jauh dari Masjid yang akan kutuju. Dalam hatiku berkata"mudah2an masih sempat jamaah disana".
Dalam penantianku di lampu merah itu, datanglah beberapa anak kecil dengan pakaian lusuh berbalut jilbab di kepalanya menghampiri pengendara motor paling depan." Pak, minta uang?" sambil menegadahkan tangan-tangan mereka di depan setiap pengendara kendaraan senja itu. Dalam hatiku berkata " Benar gak sich anak-anak ini tidak mampu. Dimana orang tuanya? Tega sekali orang tua membiarkan anak-anaknya terlantar dijalanan, dimana hati nuraninya?"
Anak kecil itu menghampiriku" Kak...(dengan menegadahkan tangan mereka ke hadapanku)". Akupun menjawab" Ia dek, maaf ya,".
Lampu hijaupun menyala, aku kembali menarik gas motorku melaju menuju tujuanku.Disepanjang jalan ku berpikir tentang kehadiran anak-anak kecil tadi. Pakaiannya lusuh dan mengenakan jilbab. Sebagai seorang muslimah aku merasa iba melihatnya tapi ada sisi hal yang tidak sesuai dengan pemahamanku bahwa anak-anak itu memakai jilbab tapi mengapa berkeliaran dijalanan, jilbab yang melambangkan identitas islam menjadi ternodai. Bisa saja orang menyimpulkan bahwa ternyata ummat Islam suka meminta-minta. Akan dibawa kemana izzah Islam ini. Agama yang Mulia ini.
Pada kehidupan sekarang ini, banyak yang dilihat ternyata berbeda dari apa yang sebenarnya ada. Banyak para anak jalanan yang berkeliaran di sepanjang lampu merah, mereka terkadang menimbulkan keresahan dan juga kesedihan masyarakat kita hari ini. Zaman yang serba berkembang saat ini, hingga media informasi yang sangat akrab ditengah-tengah masyarakat. Melalui media dikabarkan bahwa ternyata fenomena anak jalanan itu membawa tanda tanya didalam benak masyarakat. Ada sebuah kejadian terkait anak-anak jalanan itu, bahwa mereka itu memiliki sebuah perkumpulan yang dikendarai oleh seseorang pemimpin mereka. Kerja mereka untuk pemimpin mereka. Kemudian ada juga mereka yang benar-benar kehilangan orang tua akibat dibuang sejak lahir ataupun ditinggalkan orang tua karena tidak mampu membiayai anak-anaknya.Dan masih banyak lagi faktor-faktor yang menyebabkan mereka berada dijalanan.
Anak-anak itu sangat liar, mungkin karena tidak mendapat perhatian dari orang tuanya sejak kecil ataukah jika ada orangtuanya, mungkin orang tuanya juga seperti itu? Sungguh menjadi renungan kita semua ditengah glamor kehidupan dunia yang semakin tinggi. Apalagi mereka membawa identitas islam untuk beroperasi di jalanan. Itu menjadi tanggungjawab kita semua sebagai saudara seiman.

Senin, 22 Februari 2010

Sisi Lain dari Kehidupan 1

Setiap kehidupan ini memiliki sisi-sisi yang sangat beraneka ragam. Sisi kehidupan yang penuh warna itu menjadi bukti ke Maha Luasan Penciptaan Allah SWT. Allah menciptakan itu tiada sia-sia. Dan kita semua meyakini bahwa setiap relung sisi kehidupan yang kita lewati sejatinya mengajarkan kepada kita bahwa hidup ini harus dijalani dengan sikap hikmah.
Di hari yang mulai senja itu, aku lewati jalanan sebuah kota tempatku bekerja. Motorku melaju dengan kencang demi mengejar waktu magrib di masjid yang letaknya tidak jauh dari tempat tujuanku.Waktu sudah semakin senja, kendaraan-kendaraan dijalanan semakin mempercepat laju.Perasaanku mulai risau melihat cahaya merah beberapa meter dari motorku.
Ups...Lampu merah jalan rayapun menyala.
BERSAMBUNG...

karya : azimah